2 Jemaah Haji dari Palembang dan Surabaya Hilang Selama Satu Bulan, Terpisah dari Rombongan

Makersware, MAKKAH Tiga kelompok jamaah haji asal Indonesia yang menghilang tanpa kabar setelah putus kontak dengan grupnya ketika berada di Mekah, Arab Saudi.

Nurimah Mentajim (80), yang merupakan bagian dari rombongan ke-19 asal Palembang, serta Sukardi (67), anggota rombongan ke-79 asal Surabaya atau dikenal sebagai SUB79, telah menghilang selama satu bulan mulai akhir Mei tahun 2025.

Hasbullah (73), salah satu jemaah dari Kloter 07 yang berangkat dari Embarkasi Banjarmasin atau BDJ 07, menghilang pada hari Selasa (17/6/2025) seminggu yang lalu.

Sukardi dan Nurimah dilaporkan hilang setelah kehilangan kawanan mereka, sekitar seminggu setelah sampai di Arab Saudi.

Menurut data dari Siskohat, kedua jemaah ini yaitu Sukardi dan Nurimah termasuk dalam gelombang kedatangan II dan mereka sampai pada tanggal yang sama, yakni 25 Mei 2025 kemarin.

"Sebuah kelompok jamaah telah meninggalkan kloter mereka sejak kedatangan selama dua hingga tiga hari di tanah suci. Mereka pergi sebelum melaksanakan Rukun Islam ke-5," ungkap Kabid Perlindungan Jamaah (Linjam) PPIH Arab Saudi, Harun Arrasyid saat berbicara dengan Media Center Haji (MCH) Daker Bandara pada Senin (16/6/2025), di Kantor Urusan Haji (KUH) Indonesia, Jeddah, Arab Saudi.

Berita yang disebar lewat aplikasi pesan, Jemaah Nurimah dikabarkan hilang dari kelompoknya ketika sedang berkunjung ke Masjidil Haram di Mekkah.

Terakhir kali Sukardi tercatat ada di Hotel Tala'ea Al-Khair Makkah ketika menghilang pada 29 Mei 2025.

"Pendampingannya dilakukan karena Ibu Nurimah berusia 80 tahun menurut informasi yang ada, sedangkan Bapak Sukardi berumur 77 tahun," jelas Harun.

Harun mengatakan bahwa tanto Nurimah maupun Sukardi tiba bersama delegasi dari KBRI di luar negeri.

Sejak adanya laporan mengenai dua jemaah yang hilang, Tim Linjam sudah mengejar pencarian dengan menggunakan 2 regu.

Di luar mencari di area Makkah dan Jeddah, regu tersebut juga melancarkan pencarian sampai ke berbagai kantor polisi.

Tim juga bekerja sama dengan KJRI Jeddah.

"KJRI bekerja sama dengan tim kami dalam proses pencarian dan koordinasi ini dilakukan bersama konsul haji di Jeddah serta rekank-rekannya dari bidang kesehatan yang bertugas di KKHI," ungkap Harun.

Rombongan PLM 19 dan SUB 79 direncanakan untuk kembali ke tanah air pada tanggal 28 Juni 2025.

Hasbullah, yang merupakan bagian dari jemaah haji Kloter BDJ 07 dengan embarkasi di Banjarmasin, dilaporkan hilang setelah meninggalkan hotelnya pada hari Selasa (17/6/2025). Hal ini terjadi seminggu yang lalu.

Hasbullah melanjutkan penambahan daftar jemaah yang menghilang di Tanah Suci setelah sebelumnya, Nurimah (80) dan Sukardi (67) hilang pada akhir bulan Mei lalu.

Sampai sekarang, keadaan Nurimah dan Sukardi masih tidak jelas. Hal yang sama berlaku untuk Hasbullah.

Kepala Bagian Perlindungan Jemaah (Linjam) PPIH Arab Saudi, Harun Arrasyid mengisahkan bagaimana awalnya Hasbullah diberitahu sebagai hilang.

Menurut Harun, serupa dengan dua jemaah yang lain, Hasbullah mengidap riwayat demensia.

Hasbullah dikabarkan menghilang minggu lalu, pada Selasa (17/6/2025) sekira pukul 03.00 pagi waktu Arab Saudi.

Harun menceritakan, sesuai dengan kisah anak perempuan Hasbullah, sang bapak tersebut telah beberapa kali meninggalkan keluarga namun tetap saja diantar sampai ke kamarnya.

Tetapi pada malam Selasa tersebut, Hasbullah pergi dari kamarnya di hotel secara terpisah tanpa ada pengawalan keluarga.

"Tidak ada siapa-siapa di lobi hotel tersebut setelah sang ayah meninggalkannya. Selebihnya, dia tak kembali ke kamarnya; informasi ini baru saja sampai pada kami," ungkap Harun saat memberikan keterangan kepada Media Center Haji, Ahad (22/6/2025).

Harun mengatakan bahwa pihaknya sampai saat ini masih mencari-cari keberadaan dari Hasbullah serta dua anggota lain yang telah hilang sebelumnya, yaitu Sukardi dan Nurimah.

" Kami tetap melanjutkan pencarian pada jalur A dan B. Kerjasama berkelanjutan kami jaga bersama perusahaan, KBRI, dan Konsultan Haji di Jeddah," ujar Harun.

Perusahaan telah mengajukan laporan kepada Kepolisian Arab Saudi yang berada di Mekkah.

"Kami terus berkomunikasi dengan pemimpin PPIH Arab Saudi di tempat ini untuk menemukan lokasi dari tiga jemaah tersebut," ujarnya.

Harun menuturkan bahwa tim mereka juga bekerja sama dengan KKHI Makkah dan berusaha memeriksa beberapa rumah sakit di Makkah.

"Kami menginformasikan hal ini kepada Cabang Kesehatan agar kita dapat mengecek bersama semua rumah sakit di seluruh Makkah, termasuk yang berada di Jeddah," ujar Harun.

Pencarian dilanjutkan sampai ke Mu'aisyim. Petugas PPIH mengantarkan data para jamaah itu, tetapi Hasbullah masih hilang.

Bidang Linjam PPIH Arab Saudi bekerja sama dengan instansi-instansi terkait di setiap hotel yang berada di area Mekkah.

Harun beserta tim kemudian melaksanakan pencarian di penginapan yang telah dikosongkan oleh rombongan tersebut, apakah mereka pulang ke Tanah Air atau pergi ke Madinah.

"Tetapi hingga saat ini kita masih belum menemukan cahaya di ujung terowongan," ungkap Harun.

Harun mengharapkan doa dari semua jemaah haji Indonesia yang bertahan di Makkah dan Madinah untuk segera dapat menyatukan diri dengan tiga kelompok itu dalam waktu singkat.

Harun pun menasihati semua jemaah haji yang berada di tanah suci agar tidak pergi seorang diri dan selalu memiliki peneman.

Dia menyarankan agar jamaah menghafalkan rute bus sholawat seperti di Syib Amir, Jabal Ka'bah, atau Jiyad. Bila sampai kehilangan grupnya, tidak usah khawatir karena ada petugas Haji Indonesia bercelana biru yang bertugas di beberapa titik masjid Al-Haram, termasuk di area thawaf, toilet nomor 3, serta ekspansi Masjidil Haram.

"Demikian pula di Masjid Nabawi, terdapat lima titik pengawas. Di area untuk wanita dan sekitar Raudhah, staf tersedia untuk membantu," jelas Harun.

Usia Tua dengan Riwayat Demensia

Harun Arrasyid, Kabid Perlindungan Jemaah (Linjam) PPIH Arab Saudi, menginformasikan bahwa Nurimah, Sukardi, dan Hasbullah termasuk dalam kategori lansia dengan catatan medis demensia.

Nurimah memiliki usia 80 tahun, Sukardi adalah 67 tahun dan Hasbullah berumur 73 tahun.

Demensia merupakan ungkapan global untuk sekumpulan tanda-tanda yang dihasilkan dari kerusakan pada otak sehingga dapat memengaruhi kekuatan seseorang dalam berpikir, menyimpan informasi, serta melakukan logika dengan baik.

Demensia bukan suatu penyakit tunggal, tetapi sekelompok gejala yang bisa dipicu oleh bermacam-macam kondisi kesehatan yang tidak sama.

Demensia tidak termasuk dalam hal wajar yang terjadi selama proses penuaan, walau keadaan ini cenderung muncul lebih banyak di kalangan lansia.

365 Jemaah Haji dari Indonesia meninggal

Jumlah jamaah haji dari Indonesia yang meninggal saat musim haji tahun 2025 atau 1446 Hijriyah semakin bertambah.

Menurut catatan Siskohat dari Kementerian Agama Republik Indonesia pada hari Senin (23/6/2025) sekitar jam 08:25 WIB, jumlah jemaah haji asal Indonesia yang meninggal telah mencapai 365 jiwa.

Angka tersebut mencakup sampai dengan 53 hari sejak dimulainya pelaksanaan ibadah haji oleh penyelenggara.

Di musim haji tahun kemarin, jumlah jemaah yang meninggal adalah 461 orang.

Petugas Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi menegaskan bahwa jemaah haji reguler yang meninggal dunia akan menerima manfaat asuransi.

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muchlis M Hanafi menyatakan hal tersebut saat berada di Makkah pada hari Minggu, 22 Juni 2025. Informasi ini diambil dari situs web Kemenag RI Aceh.

Muchlis M Hanafi menyebutkan bahwa terdapat empat model penyediaan asuransi.

Pertama, jemaah haji reguler yang meninggal bukan disebabkan oleh kecelakaan.

"Jemaah Haji Reguler yang wafat tidak disebabkan oleh kecelakaan akan menerima klaim asuransi senilai Bipih (Biaya Perjalanan Ibadah Haji) untuk Haji Reguler berdasarkan tempat keberangkatan," jelas Muchlis M Hanafi.

Kedua, bagi jemaah haji regular yang meninggal akibat kecelakaan, asuransi yang disediakan adalah sebesar dua kali jumlah Bipih Haji Regular berdasarkan tempat keberangkatan mereka.

Ketiga, jemaah haji reguler yang mengalami disabilitas permanen sebagai hasil dari suatu kecelakaan. Untuk kelompok jemaah ini, akan diberikan klaim asuransi senilai Bipih Haji Reguler berdasarkan tempat keberangkatan mereka.

"Keempat, jemaah haji reguler yang mengalami disabilitas sebagai hasil dari suatu kecelakaan akan mendapatkan klaim asuransi dalam jumlah tertentu berdasarkan presentase yang sudah ditetapkan dan tidak melebihi batas atas Bipih Haji Reguler tergantung pada tempat keberangkatan," ungkap Muchlis M Hanafi.

(Tribunnews.com/Dewi Agustina, Fahdi Fahlevi/Makersware)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama