Makersware - Dahulu dipadati oleh para pengunjung, namun sekarang menjadi tempat yang sangat sunyi. Lokasi pariwisata yang dulunya populer dan banyak difoto untuk diunggah di Instagram, saat ini telah bertransformasi menjadi sebuah gedung terabaikan dengan tanaman liar tumbuh di sana-sini. Dari masa gemilang sampai kemerosotannya, itulah cerita menyedihkan tentang beberapa tujuan wisata yang tidak dapat menentramkan diri dari pergantian zaman dan perkembangan tren.
Ringkasan: Saat Popularitas Meningkat Pesat
Sebuah ilustrasi nyata dapat dilihat sebagai berikut: Bukit Selfie Alam Lestari , merupakan suatu tempat di dalam daratan Jawa Tengah yang dahulunya sering dikunjungi oleh pemuda pencari konten visual indah. Keunikan lokasi tersebut berasal dari titik-titik fotografi unik seperti rumah pohon, jembatan gantung, serta dekorasi berwarna-warni dengan latar belakang hutan pinus. Setelah menjadi fenomena di platform-media sosial, ratusan wisatawan mengepung daerah ini setiap hari Sabtu-Minggu.
Tetapi, siapa yang menyangka bahwa dalam jangka waktu kurang dari tiga tahun, lokasi tersebut mengalami perubahan sebesar 180 derajat. Fasilitas menjadi Rusak, area tampak tidak terurus, bahkan beberapa bagian sudah mulai membusuk dan membahayakan bagi para pengunjung. Tempat yang dahulunya dipenuhi dengan suara riuh rendah para tamu, kini hanya bisanya didiami oleh desir angin serta bunyi dedaunan kering yang bergesekan.
Faktor Pemicu: Saat Keberanian Tidak Dihitung dengan Perancangan
Jatuhnya kondisi di tempat-tempat wisata seperti ini umumnya dipicu oleh berbagai penyebab yang berkaitan satu sama lain:
-
Kurangnya Manajemen Berkelanjutan Banyak destinasi pariwisata yang muncul secara mendadak tidak memiliki perencanaan jangka panjang. Perhatian hanya tertuju pada keindahan visual dan promosi awal, sedangkan masalah pemeliharaan, kesejahteraan, serta inovasi diabaikan.
-
Ketergantungan terhadap Trending di Media Sosial Saat suatu hal mulai populer dan menyebar dengan cepat, harapan publik seketika meningkat. Tetapi ketika fokus berpindah ke trend baru, jumlah penonton juga akan mendadak merosot. Jika tidak ada upaya untuk menjaga antusiasme orang-orang, lokasi tersebut akhirnya akan tersapu oleh zaman secara bertahap.
-
Minimnya Keterlibatan Warga Lokal Jika masyarakat lokal hanya bertindak sebagai penonton dan tidak sebagai pemain utama dalam pengelolaan, maka kesinambungan hal tersebut akan sulit dicapai. Karena absennya rasa kepemilikan, usaha untuk melestarikannya pun menurun.
Peluang Yang Masih Bisa Diresahkan
Walaupun keadaan sekarang terlihat suram, itu bukan berarti tanpa adanya harapan sama sekali. Revitalisasi pariwisata berbasis komunitas Sudah sukses di berbagai daerah lainnya. Apabila masyarakat setempat diberdayakan menjadi pemegang peranan utama dalam pengelolaannya, destinasi pariwisata tak sekadar tujuan untuk dikunjungi, tetapi juga menjadi elemen integral dalam aktivitas sosial dan ekonomi harian mereka.
Banyak kelompok pemuda saat ini mulai aktif—melakukan pembersihan lingkungan, membenahi fasilitas melalui kerja bakti bersama, serta mengedukasi tentang penggunaan sumber daya dengan cara yang lebih berkelanjutan dan bukan hanya untuk mendapatkan popularitas di media sosial.
Renungan: Harus Menjadi Seorang Pembaca yang Lebih Pintar
Peristiwa ini meminta kita untuk berpikir lebih mendalam. Terlalu banyak di antara kita yang bertindak seperti turis "musiman"—hadir ketika sedang trend, kemudian pergi tanpa memberikan perhatian pada konservasi lingkungan. Apabila hendak menyaksikan pesona alam atau hasil-hasil pariwisata ciptaan secara jangka panjang, diperlukan adanya transformasi dalam cara pandang kita sebagia tamu yang datang.
Dimulai dari perkara sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan, menjaga fasilitas umum, memilih produk lokal, serta menghormati penduduk setempat. Tindakan-tindakan kecil ini bila dikerjakan secara bersama-sama dapat membentuk dasar bagi pariwisata yang lebih lestari.
Posting Komentar